Situs Media Informasi Kantor Imam Ali Khamenei

Rahbar: Kelompok Takfiri Adalah Petaka yang Besar dan Nyata Bagi Islam

Rahbar atau Pemimpin Besar Revolusi Islam Ayatollah al-Udzma Sayyid Ali Khamenei Senin (6/5) pagi dalam pertemuan dengan para pengurus dan pejabat penyelenggara Pemilihan Umum Presiden dan Dewan Kota/Desa menyebut partisipasi besar rakyat dalam pemilu yang akan diselenggarakan 14 Juni 2013 mendatang sebagai imun dan penjamin kelestarian dan kemajuan negara. Untuk itu, beliau menekankan kepada seluruh instansi dan lembaga pengawas dan pelaksana serta para kandidat pemilu untuk patuh kepada undang-undang dan hukum dalam semua tahapan.

Seraya menyinggung aksi penistaan terhadap makam sahabat setia Nabi Saw, Hujr bin Adi dan menyebutnya sebagai peristiwa pahit dan menyedihkan, beliau mengatakan, "Kaum muslimin, khususnya kalangan elit umat dan para tokoh keilmuan, politik dan agama di Dunia Islam harus melaksanakan apa yang menjadi tugas dan tanggung jawab mereka terhadap pemikiran jahat seperti ini dan mencegah meluasnya api fitnah ini."

Menyebut pemilihan umum sebagai ‘amanat besar dan bernilai bagi bangsa dan Islam' beliau menandaskan, "Dewan Garda Konsitusi, tim pengawas dan pelaksana serta instansi-instansi yang bertugas menjaga kondisi pemilu supaya aman dan sehat adalah pihak-pihak yang memikul amanat besar ini. Mereka inilah yang melaksanakan pekerjaan-pekerjaan besar, bernilai dan lestari."

Ayatollah al-Udzma Khamenei menjelaskan peran besar pemilu dalam menyegarkan kehidupan bernegara di Iran, seraya mengatakan, "Dalam kurun waktu 34 tahun terakhir ini, partisipasi rakyat di seluruh penyelenggaraan pemilu selalu berhasil menangkis berbagai bencana yang mengancam negara ini sekaligus memompa tenaga baru ke tubuh negara, bangsa dan revolusi ini."

Menurut beliau, ditinjau dari berbagai segi pemilu 14 Juni mendatang adalah pemilu yang punya signifikansi lebih dibanding beberapa pemilu sebelumnya. "Pelaksanaan dua pemilu sekaligus, yaitu pemilihan presiden yang sangat penting dan pemilihan dewan kota/desa adalah salah satu faktor yang menambah pentingnya pemilu ini," jelas beliau.

Pemimpin Besar Revolusi Islam menyatakan bahwa pembentukan dewan daerah di tingkat kota dan desa di seluruh penjuru negeri adalah manifestasi dari partisipasi nyata dan kontinyu rakyat dalam pengambilan keputusan dan pengelolaan negara. Kepada para pejabat negara, rakyat dan kalangan elit bangsa, beliau mengimbau, "Perhatian besar kepada pemilihan presiden jangan sampai menurunkan signifikansi pemilihan dewan kota/desa di mata mereka."

Menjelaskan berbagai sisi lain dari signifikansi pemilu mendatang, seraya menyinggung fasilitas luas, wewenang besar dan tugas berat yang telah ditetapkan Konstitusi dan Undang-undang lainnya terkait presiden dan kedudukannya, beliau menegaskan, "Jabatan konstitusional ini menunjukkan pentingnya pemilihan presiden."

Menyebut Imam Khomeini (ra) sebagai pencetus, perancang dan arsitek ‘bangunan megah berbentuk partisipasi besar rakyat dalam pemerintahan Islam', Rahbar mengingatkan ketegasan Imam Khomeini dalam masalah referendum penentuan bentuk negara dan sikap beliau dalam masalah pemilu, seraya menambahkan, "Ciri khas pemeritahan Republik Islam adalah partisipasi rakyat dan keterlibatan mereka dalam memberikan pilihan yang menentukan dan mengarahkan di berbagai medan. Alhamdulillah, cira khas yang menarik dan penuh animo ini sampai sekarang masih tetap terjaga."

Mengenai berbagai upaya yang dilakukan musuh untuk menggagalkan pemilu atau menekan partisipasi rakyat di kancah pemilu, beliau mengatakan, "Sejumlah pihak bekerja keras untuk meredupkan gairah pemilu atau menangguhkan pelaksanaannya, tapi berkat taufik Ilahi, upaya itu gagal dan ke depanpun apa yang mereka lakukan tak akan membuahkan hasil."

Menurut Ayatollah al-Udzma Khamenei, partisipasi rakyat di tengah medan adalah penopang utama berdirinya pemerintahan Republik Islam. "Republik Islam berarti ‘partisipasi semua rakyat dan gerakan umum bangsa menuju cita-cita yang besar dan nyata'. Dengan memahami realitas ini, musuh berusaha keras untuk menurunkan tingkat animo dan partisipasi rakyat," kata beliau.

Masih terkait hal yang sama, beliau menambahkan, "Republik Islam menyandarkan kekuatannya pada hati, emosi, akal, pemikiran, kearifan dan partisipasi rakyat. Tanpa dukungan besar ini kekuatan-kekuatan jahat dunia tak akan pernah membiarkan negara seperti Republik Islam hidup dengan mengusung slogan-slogan dan cita-cita yang agung."

Tentunya, tandas beliau, berkat pertolongan Allah dan keteguhan bangsa yang mulia ini, pemilu mendatang akan terselenggara dengan sangat meriah dan akan menjadi pemilu dengan tingkat partisipasi umum yang terbaik.

Di bagian lain pembicaraannya, Pemimpin Besar Revolusi Islam mengimbau semua pihak terkait untuk tunduk kepada hukum dan aturan yang berlaku di semua tahapan. Seraya mengingatkan usaha keras yang selalu dilakukan musuh untuk mengecilkan kesan kehadiran rakyat di tempat-tempat pemungutan suara, beliau mengungkapkan, "Tahun 2009, mereka memaksa sejumlah kalangan untuk mengajukan tuntutan dan bertindak di luar hukum dengan harapan rakyat akan terprovokasi untuk melawan pemerintahan. Tapi berkat inayah Allah, mereka gagal."

Mengenai apa yang sudah dilakukan untuk menjelaskan berbagai hal yang dipertanyakan pada pemilu 2009, beliau menegaskan, "Mereka yang telah memaksa negara dan bangsa harus membayar mahal dan menanggung kerugian besar memilih sikap menentang hukum dan undang-undang. Tentunya, negara yang didukung kekuatan rakyat berhasil mengatasi gangguan-gangguan itu."

Untuk itu, Rahbar menekankan bahwa tunduk kepada hukum dan undang-undang adalah solusi terdepan untuk mencegah munculnya masalah dalam pemilu. Beliau menandaskan, "Rakyat di setiap desa dan kota mesti memerhatikan pernyataan dan tuntutan yang disampaikan siapapun harus sejalan dengan hukum."

Beliau menambahkan, "Hukum harus ditegakkan dalam semua tahap, baik tahap seleksi kelayakan para calon kandidat, pelaksanaan pemilu, penghitungan suara, pengawalan suara dan kotak suara, serta tahap-tahap lainnya. Dalam semua tahap itu, para pengurus pemilu harus sepenuhnya jujur dalam menjalankan amanah dan hanya bertindak sesuai hukum, dan alhamdulillah keadaannya memang seperti itu hingga sekarang."

Pemimpin Besar Revolusi Islam mengingatkan untuk tidak terjebak dalam permainan politik layaknya yang terjadi di Barat dengan menyebut satu pihak sebagai pemenang dan pihak lain sebagai pecundang pemilu. Secara alamiah, dalam setiap pemilu pasti ada pihak yang gagal memperoleh suara terbanyak. Kenyataan itu harus diterima dengan tangan terbuka dan tindakan yang benar sesuai hukum.

Dalam kesempatan itu, seraya menjelaskan bahwa dalam memberikan suara rakyat harus memerhatikan berbagai kriteria seperti komitmen, ketaatan dalam beragama, kesiapan dan kemampuan para kandidat, beliau mengatakan, "Siapa saja yang terjun ke kancah ini dengan niat yang tulus demi melaksanakan tugas dan untuk kebaikan masa depan negara, maka Allah akan membimbing hatinya."

Di bagian lain pembicaraannya, Ayatollah al-Udzma Khamenei menyinggung penghancuran makam dan penistaan terhadap jasad Sahabat Nabi Saw, Hujr bin Adi, seraya menyebutnya sebagai peristiwa pahit dan menyedihkan. Beliau menegaskan, "Yang menambah getir peristiwa ini adalah keberadaan orang-orang berpikiran jahat, reaksionis dan terbelakang di tengah umat Islam. Mereka menganggap penghormatan kepada para tokoh umat yang hidup di abad pertama Islam sebagai perbuatan syirik dan kufur."

Menurut beliau, pemikiran yang menyimpang seperti ini adalah musibah besar bagi Islam dan kaum muslimin. Orang-orang seperti ini adalah penerus dari mereka yang telah menghancurkan makam para Imam Suci di pemakaman Baqi'. Jika umat Islam secara serentak tidak bangkit mengecam dan melawan aksi itu, mereka pasti akan menghancurkan makam suci Nabi Muhammad Saw.

Rahbar menandaskan, "Orang-orang dengan pemikiran yang buruk seperti ini menganggap ziarah ke makam manusia-manusia agung, memohonkan rahmat untuk mereka dan bertawassul dengan mereka demi memperoleh rahmat Ilahi sebagai perbuatan syirik. Orang-orang seperti ini memiliki pemikiran yang batil dan jiwa yang bengis."

Beliau menjelaskan, "Yang layak disebut syirik adalah tindakan sekelompok orang yang bersedia dipermainkan oleh agen-agen spionase Inggris dan Amerika Serikat (AS) dan melakukan hal-hal yang membuat umat Islam berduka."

Rahbar mempertanyakan, "Pemikiran model apa ini yang tidak menganggap kepatuhan, dan penghambaan kepada thaghut-thaghut yang hidup sebagai perbuatan syirik sementara penghormatan kepada para tokoh agama dianggap syirik?"

Aliran takfiri yang keji, kata beliau, saat ini telah menjadi petaka yang besar dan nyata bagi Islam.

Mengenai reaksi benar dan tepat waktu yang ditunjukkan masyarakat muslim Syiah atas peristiwa ini, Pemimpin Besar Revolusi Islam menandaskan, "Umat Muslim Syiah tidak akan masuk ke dalam permainan musuh yang hendak menyulut pertikaian antara Syiah dan Sunni, dan ini menunjukkan kemajuan cara berpikir mereka."

Beliau menyatakan bahwa reaksi sebagian besar saudara-saudara Muslim Sunni juga membuktikan akan kematangan cara berpikir mereka. "Reaksi umat Islam yang mengecam penistaan itu harus terus berlanjut. Sebab, jika para tokoh keilmuan, cendekiawan dan elit politik Muslim tidak melaksanakan apa yang menjadi tugas mereka, maka fitnah ini tak akan bisa dibatasi pada keadaannya yang ada sekarang," kata beliau.

Ayatollah al-Udzma Khamenei menambahkan, "Penyebaran fitnah ini harus dicegah dengan berbagai cara politik, fatwa, artikel yang ditulis para cendekiawan dan tindakan para elit politik dan intelektual."

Seraya menyatakan bahwa tangan-tangan musuh sudah terlihat di balik aksi-aksi semacam ini, beliau mempersoalkan sikap lembaga-lembaga dan tokoh-tokoh dunia dan politik yang angkat suara ketika terjadi penghancuran satu situs bersejarah sementara mereka justeru memilih bungkam menyaksikan penistaan yang terbuka ini.

Rahbar mengatakan, "Allah Swt selalu mengawasi dan pasti tipu daya Allah akan mengalahkan tipu daya musuh. Dialah yang akan menghentikan langkah dan tindakan yang merusak persatuan dan kemajuan umat Islam."

Di awal pertemuan Sekretaris Dewan Garda Konstitusi Ayatollah Ahmad Jannati menjelaskan bahwa sebagai badan pengawas pemilihan umum, dewan ini sudah membentuk tim pengawas jalannya pemilu dan seleksi kecakapan para calon kandidat.

Sementara itu, Menteri Dalam Negeri Mohammad Najjar dalam kata sambutannya melaporkan persiapan penyelenggaran Pemilihan Umum Presiden Periode 11 dan Pemilihan Dewan Kota/Desa Periode ke-4 serta Pemilihan Sela Legislatif dan Dewan Ahli di sejumlah daerah. Dikatakannya bahwa persiapan awal untuk pelaksanaan pemilu ini sudah dilaksanakan sejak beberapa bulan yang lalu.
700 /