Situs Media Informasi Kantor Imam Ali Khamenei

Di Khutbah Idul Fitri, Rahbar Imbau Rakyat Mesir Renungkan Dampak Buruk dari Konflik Internal

Setelah menjalankan ibadah puasa di bulan Ramadhan, Jum'at (9/8) rakyat Iran larut dalam kegembiraan hari raya Idul Fitri. Di Universitas Tehran, jamaah shalat menyemut dan memenuhi puluhan jalan yang terhubung ke kampus terkemuka di Iran itu untuk melaksanakan shalat Idul Fitri yang dipimpin oleh Rahbar atau Pemimpin Besar Revolusi Islam Ayatollah al-Udzma Sayyid Ali Khamenei.

Di khutbah pertama, Rahbar mengucapkan selamat hari raya kepada rakyat Iran dan kaum muslimin di seluruh dunia seraya menyatakan bahwa menjalankan ibadah puasa di tengah suhu panas dan waktu siang yang panjang di bulan Ramadhan ini akan diganjar dengan pahala yang agung dari Allah Swt, selain juga membuat hati rakyat di negara ini tersinari dengan cahaya spiritual yang cemerlang.

Ayatollah al-Udzma Khamenei berharap supaya Allah Swt memberikan taufikNya kepada rakyat Iran untuk mempertahankan hasil perjuangan bulan Ramadhan ini. Salah satu perjuangan ini, menurut beliau, adalah partisipasi besar rakyat Iran dalam memperingati hari al-Quds Sedunia.

Beliau menambahkan, "Dengan pawai akbar di hari al-Quds, rakyat Iran membuktikan kepada dunia akan resistensi nasional dalam memantau perkembangan penting yang mewarnai dunia dan sejarah Islam."

Pemimpin Besar Revolusi Islam memuji pemberian jamuan buka puasa yang sederhana di masjid-masjid dan di jalan-jalan seraya menyebutnya sebagai tradisi yang baik. "Hal ini memberikan kesempatan kepada mereka yang ingin berderma di bulan Ramadhan," kata beliau.

Di khutbah kedua, Ayatollah al-Udzma Khamenei mengimbau untuk memupuk ketaqwaan baik dalam tindakan maupun ucapan, juga dalam mengambil sikap dalam masalah sosial, ekonomi dan politik.

Menyebut pembentukan pemerintahan dan kabinet baru sebagai fenomena yang penting, beliau mengatakan, "Insya Allah setelah melalui mekanisme pemilihan menteri yang layak di parlemen, pemerintahan baru bisa secepatnya terbentuk. Dan, dengan partisipasi rakyat pekerjaan-pekerjaan besar yang sangat penting bagi negara ini bisa dilaksanakan dengan sebaik-baiknya."

Lebih lanjut Pemimpin Besar Revolusi Islam membuat perbandingan antara kondisi Iran dengan kondisi negara-negara di utara Afrika dan Asia Barat. "Berbeda dengan kondisi Iran yang menggembirakan, transformasi di negara-negara Islam di kawasan sangat memprihatinkan," tandas beliau.

Mengenai kejahatan terus menerus yang dilakukan rezim Zionis Israel terhadap rakyat Palestina yang tertindas, Pemimpin Besar Revolusi Islam menegaskan, "Salah satu musibah besar yang terjadi di dunia saat ini adalah tindakan pihak-pihak yang dengan dusta mengklaim diri sebagai pembela hak asasi manusia dan demokrasi dalam membela dan mendukung kejahatan rezim Zionis yang dilakukan secara terbuka."

Menyinggung dibukanya kembali perundingan damai antara Rezim Zionis dan Otorita Palestina, beliau mengatakan, "Bisa dipastikan bahwa perundingan ini juga akan bernasib sama dengan perundingan-perundingan sebelumnya yang hanya menghasilkan penistaan terhadap hak-hak rakyat Palestina dan mendorong Zionis untuk melakukan pembantaian dan kejahatan yang lebih besar."

Rahbar mempersoalkan posisi Amerika Serikat (AS) sebagai mediator perundingan dan menegaskan, "AS secara terang-terangan memihak Zionis, dan tentunya perundingan dengan cara itu hanya akan merugikan pihak Palestina."

Beliau menambahkan, "Dunia Islam tidak boleh sejenakpun bersikap bungkam. Dunia Islam harus mengutuk keras kejahatan srigala-srigala buas Zionis dan para pendukung internasionalnya."

Seraya menyayangkan kekacauan parah yang terjadi di Mesir, Ayatollah al-Udzma Khamenei menandaskan, "Kemungkinan terjadinya perang saudara di negara itu semakin menguat dan ini tragis."

Beliau mengimbau rakyat Mesir, kubu-kubu dan elit politik, serta ulama di negara itu untuk merenungkan akibat buruk yang mungkin ditimbulkan oleh kondisi saat ini. "Apakah rakyat Mesir tidak bisa mengambil pelajaran dari kondisi Suriah dan dampak buruk dari perang saudara serta akibat yang bisa ditimbulkan oleh penyusupan anasir bayaran Barat, Israel dan para teroris ke berbagai penjuru dunia Islam?," kata beliau.

Seraya mengecam pembantaian terhadap rakyat Mesir, Rahbar menegaskan, "Bahasa kekerasan dari masing-masing pihak tidak mendatangkan manfaat apapun. Jika terjadi perang saudara, akan terbuka pintu bagi pihak asing untuk intervensi dan itu akan mendatangkan bencana yang sangat besar bagi rakyat Mesir."

Beliau menekankan soal demokrasi dan menandaskan, "Masalah di Mesir hanya bisa diurai oleh rakyat Mesir dengan tidak mengizinkan pihak lain melakukan intervensi di negara itu."

Menyebut kondisi Irak saat ini sebagai kondisi yang memprihatinkan, Pemimpin Besar Revolusi Islam mengatakan, "Di Irak ada pemerintahan yang terbentuk dengan suara rakyat. Tapi pemerintahan itu tidak disukai oleh kubu adidaya dunia dan rezim-rezim reaksionis di kawasan."

Beliau menambahkan, "Serangan teror, insiden dan pembunuhan warga sipil di Irak sudah pasti didukung secara finansial dan politik oleh sejumlah negara kawasan dan lintas kawasan untuk merusak kedamaian rakyat Irak dan supaya rakyat di sana tidak bisa menyaksikan kedamaian dan kemakmuran di negeri mereka."

Di bagian akhir khutbah, Ayatollah al-Udzma Khamenei menyinggung kejahatan rezim Zionis Israel serta kondisi memprihatinkan yang terjadi di Mesir, Irak dan sejumlah negara lainnya yang tengah dilanda konflik internal dan ketidakamanan. Mengenai Irak, beliau mengimbau kepada para elit politik dan berbagai lapisan masyarakat di sana baik dari kalangan Syiah, Sunni maupun Kurdi dan Arab supaya menyadari akan akibat buruk dari konflik internal.

"Perang saudara akan meluluhlantakkan infrastruktur yang ada dan akan menghancurkan masa depan bangsa," kata beliau.
700 /