Situs Media Informasi Kantor Imam Ali Khamenei

Pemimpin Besar Revolusi Islam:

Perang di Irak, Perang Kemanusiaan Melawan Barbarisme

Rahbar atau Pemimpin Besar Revolusi Islam Ayatollah al-Udzma Sayyid Ali Khamenei dalam pertemuan dengan keluarga syuhada peristiwa 7 Tir serta keluarga para syuhada lainnya dan veteran cacat perang di kota Tehran menekankan, bahwa setia kepada khittah para syuhada adalah kunci kemenangan dalam melawan segala bentuk konspirasi musuh.

 

Mengenai perkembangan di Irak beliau menyebutnya sebagai perang terorisme dan para pemihak kepentingan Barat melawan kubu anti terorisme dan pemihak kebebasan bangsa.

 

Ayatollah al-Udzma Khamenei mengatakan bahwa bangsa Iran tak akan pernah melupakan peristiwa teror 7 Tir. Beliau menyatakan bahwa teror yang menewaskan puluhan pembela setia Imam Khomeini (ra) terutama sosok ulama dan pemikir besar, Ayatollah Beheshti, adalah peristiwa yang harus disorot dan dipelajari. 

 

Beliau menyebut peristiwa 7 Tir sebagai bukti kebohongan mereka yang mengklaim diri sebagai pembela hak asasi manusia.

 

“Sejak saat itu, para pelaku kejahatan tersebut dan mereka yang terlibat dalam aksi teror terhadap ribuan warga Iran berada dalam perlindungan Barat. Sekarang, mereka mendapat dukungan di parlemen-parlemen dan lembaga pemerintahan di Amerika Serikat dan Dunia Barat,” imbuh beliau.

 

Pemimpin Besar Revolusi Islam mengatakan, “Barat yang melindungi para pelaku teror terhadap rakyat Iran justeru menuduh Republik Islam Iran yang merupakan korban terorisme sebagai pihak yang melanggar hak asasi manusia dan pendukung terorisme. Ini bisa menjadi tolok ukur yang baik dalam menilai kejujuran Barat.”

 

Menyinggung serangan bom kimia terhadap wagra kota Sardasht pada Juni 1987 yang dilakukan oleh rezim Baath Irak, beliau menegaskan, “Bertahun-tahun lamanya AS dan Eropa melindungi dan membela rezim Baath Irak yang telah melakukan serangan bom kimia terhadap warga kota Sardasht dan Halabche. Selama masih diperlukan, AS dan Eropa tidak pernah memprotes Saddam. Ini juga bisa menjadi tolok ukur untuk menilai Barat dan klaim-klaimnya.”’

 

Rahbar memuji keteguhan dan resistensi bangsa Iran dalam menghadapi musuh-musuhnya. Keteguhan inilah yang mendatangkan kemenangan. Menurut beliau, kegagalan demi kegagalan musuh dalam tiga dekade ini semakin membuatnya membenci bangsa Iran dan inilah yang mendorongnya untuk selalu melakukan konspirasi dan tipu daya terhadap Iran.

 

Menyinggung transformasi di kawasan, Pemimpin Besar Revolusi Islam menegaskan, “Hari ini, musuh-musuh Islam mengerahkan segenap kekuatan untuk menyulut perang saudara di tengah berbagai bangsa. Dengan cara itu mereka berharap bisa mengadu-domba dengan memanfaatkan isu-isu sektarian dan madzhab.”

 

Beliau menyebut propaganda media-media kubu arogansi terkait isu dan perkembangan di Irak dan beberapa negara lain sebagai bukti adanya ambisi musuh-musuh Islam untuk menyulut perang saudara antara Syiah dan Sunni.

 

“Di Irak, sisa-sisa pendukung rezim Saddam Hossein bersama dengan sekelompok orang yang ‘tak sadar, bodoh, dan tak mengenal pengetahuan dan spiriatulitas’ melakukan berbagai aksi kejahatan yang oleh musuh-musuh Islam disebut sebagai perang Syiah dan Sunni. Tapi yang jelas, ungkapan itu hanya isapan jempol yang tak akan terjadi,” kata beliau.

 

Ayatollah al-Udzma Khamenei menambahkan, “Mereka sengaja menebar kebohongan dengan menyebut transformasi di Irak sebagai perang Syiah dan Sunni. Padahal, ini adalah perang antara kelompok teroris melawan penentang terorisme, perang antara pemihak kepentingan AS dan Barat melawan kelompok yang menjunjung tinggi kebebasan bangsa, perang antara kemanusiaan melawan barbarisme dan keberingasan.”

 

Seraya mengingatkan adanya upaya musuh-musuh Islam untuk menciptakan krisis yang sama di negara-negara lain, beliau menandaskan, “Bangsa-bangsa di dunia harus cerdas dalam menyikapi gerak-gerik ini. Mereka harus menyadari bahwa musuh tak segan untuk melakukan apa saja demi menistakan kemerdekaan dan kehormatan umat Islam.”

 

Rahbar menyinggung tentang kebangkitan Dunia Islam dan menyatakan bahwa faktor utama yang mendorong kubu arogansi berambisi menyulut perang saudara antara Syiah dan Sunni adalah karena keinginannya untuk lepas dari akibat yang ditimbulkan oleh kebangkitan Dunia Islam. Menurut beliau, untuk menghadapi musuh, solusi yang paling tepat dan tak tergantikan adalah sistem kerakyatan yang Islami.

 

Beliau menambahkan, “Berkat inayah Allah, rakyat Iran yang terhormat dan pemberani ini berhasil menggagalkan langkah musuh dengan persatuan, kecerdasan dan kearifannya. Tak diragukan, ke depan pun segala bentuk serangan dan konspirasi kubu arogansi akan digagalkan. Pada akhirnya, kubu hegemoni pasti akan menelan kekalahan dalam menghadapi kebangkitan Islam.”

 

Di akhir pembicaraan, Ayatollah al-Udzma Khamenei menghimbau seluruh rakyat Iran khususnya para pejabat negara, kalangan elit, insan seni, penulis, kaum cerdik pandai dan mahasiswa untuk melestarikan peninggalan para syuhada sekaligus melaksanakan tugas suci meneruskan jejak para syuhada.
700 /