Situs Media Informasi Kantor Imam Ali Khamenei

Imam Ali Khamenei pada Pekan Persatuan: Indikator Persatuan adalah Palestina

Pemimpin Revolusi Islam Iran dalam pertemuannya dengan sejumlah pejabat pemerintahan beserta para tamu undangan Konferensi Internasional Persatuan Islam mengatakan:

Indikator utama persatuan adalah Palestina; Negara-negara yang melakukan normalisasi hubungan dengan rezim Zionis harus menebus kesalahan mereka!

Pada hari raya milad Nabi Muhammad saw dan Imam Ja'far Shadiq as, Pemimpin Revolusi Islam Iran di hadapan sejumlah pejabat pemerintahan berserta para tamu undangan Konferensi Internasional Persatuan Islam menyebutkan dua tugas penting bagi umat Islam: "menjelaskan dan mempromosikan kesempurnaan Islam dalam semua aspek kehidupan manusia" dan "memperkuat persatuan umat Islam" seraya mengatakan, "Persatuan Islam adalah masalah prinsip dan satu kewajiban dalam al-Qur'an. Dan merealisasikan tujuan mulia untuk dapat menciptakan peradaban baru Islam, tentu tidak mungkin terjadi tanpa persatuan Syiah dan Sunni!”

Dengan mengucapkan selamat atas datangnya hari mulia -hari kelahiran dua manusia sempurna- untuk rakyat Iran dan untuk seluruh umat Islam beserta semua orang merdeka di dunia, Imam Ali Khamenei menyebut "Kelahiran Nabi Agung Muhammad Saw adalah awal dari periode baru dalam kehidupan manusia". Beliau menambahkan, "Allah Swt menurunkan kitab rahasia ke hati suci Nabi Muhammad Saw, mempercayakan rencana untuk kebahagiaan manusia kepada beliau secara penuh, meletakkannya di pundak beliau dan menugaskan beliau untuk melaksanakan rencana itu, menyampaikannya, dan menuntut dari para pengikutnya sehingga orang-orang mukmin di setiap masa harus mengetahui tugas-tugas mereka dan kemudian melaksanakannya."

Beliau menganggap bahwa "memenuhi hak komprehensif Islam" dan "kesatuan umat Islam" adalah sebagai dua tugas terpenting umat Islam saat ini. Adapun terkait dengan kasus pertama, beliau menjelaskan, "Dari masa lalu, seluruh kekuatan-kekuatan politik dan materi telah bersikeras mengatakan bahwa Islam bukanlah agama yang komprehensif yang memiliki aturan dalam seluruh aspek kehidupan umat manusia, namun ia tak lain adalah sebuah agama yang mengatur kehidupan individu dan keyakinan hati seseorang saja. Dengan berbagai teori yang ditulis oleh para penulis dan intelektual mereka, mereka senantiasa mengatakan bahwa Islam bukanlah referensi intelektual atau sebagai panduan praktis dalam isu-isu penting seperti "peradaban dan manajemen masyarakat", "ekonomi, pembagian kekuasaan dan kekayaan". "perang dan perdamaian", "kebijakan dalam negeri dan luar negeri", "menegakkan keadilan dengan menghadapi penindasan dan kejahatan."

Dengan menekankan bahwa teks-teks Islam secara eksplisit menolak pemahaman Islam seperti itu, Pemimpin Revolusi Islam menganggap menganggap pemenuhan hak Islam bergantung pada menjelaskan dan mempromosikan fakta penting ini. Terkait hal ini, beliau menambahkan; "Islam tentu mecankup seluruh bidang kegiatan dan semua ruang lingkup dan aspek kehidupan manusia -dari masalah lubuk hati dan ibadah mereka, hingga masalah politik, ekonomi, sosial, keamanan dan internasional-! Dan siapa pun yang menyangkal makna ini tentu tidak memperhatikan ayat-ayat al-Qur'an dan penjelasannya."

Imam Ali Khamenei menganggap bahwa penekanan Islam pada masalah sosial dan tugas penting dalam PERADABAN adalah sebagai tanda komitmennya kepada pemerintahan dan mengatakan, "Menuntut ketertiban sosial dalam Islam tanpa mempertimbangkan masalah pemerintahan dan pengangkatan Imam (seorang pemimpin) adalah satu perkara yang mustahil! (Untuk inilah) para nabi disebutkan dalam al-Qur’an sebagai Imam, artinya bahwa merekalah para pemimpin dan panglima masyarakat!’’

Beliau menyebut bahwa penjelasan tentang kekomprehensifan Islam dalam segala aspek kehidupan umat manusia adalah tugas para ulama, intelektual, peneliti dan profesor dunia Islam dan menambahkan: "Tentu saja, Republik Islam memiliki tugas yang lebih berat dalam hal ini. Dan tentu para pejabat pemerintah –khususnya para pejabat di badan Kebudayaan- harus melakukan tugasnya ini!."

Di bagian lain pidatonya, Pemimpin Revolusi Islam Iran menekankan pentingnya "Persatuan umat Islam" dengan memuji para mendiang dan para tokoh yang telah bekerja keras dalam hal ini seperti almarhum Taskhiri, almarhum Wa’id Zadeh, Syahid Syaik Muhammad Ramadan al-Buthi, Syahid Sayid Muhammad Baqir Hakim, almarhum Syaikh Ahmad al-Zain dan almarhum Syaikh Sa’id Sya’ban.

Beliau menyebut "persatuan umat Islam" sebagai tugas yang pasti dan perintah al-Qur'an. Beliau lantas menambahkan: "Kesatuan Islam adalah masalah prinsip, bukan masalah taktik atau tergantung pada keadaan dan situasi tertentu saja! Tentu sinergi semacam ini akan memperkuat umat Islam untuk dapat terlibat secara penuh dalam hubungannya dengan negara-negara non-Muslim."

Imam Ali Khamenei menyebut alasan mengapa masalah persatuan harus selalu diulang-ulang ialah karena jarak antara mazhab terlihat cukup jauh, sementara para musuh bersikeras dan terus menerus meningkatkan jarak ini. Terkait hal ini, beliau berkata: "Saat ini, kata Syiah dan Sunni telah memasuki literatur politik para pejabat Amerika Serikat, sementara mereka sendiri adalah orang-orang yang menentang dan memusuhi Prinsip Islam!"

Mengacu pada upaya AS dan orang-orang didikannya untuk menciptakan hasutan dan fitnah di berbagai kawasan khususnya di dunia Islam, Pemimpin Revolusi Islam Iran mengatakan, " "Serangan-serangan bom menyedihkan dan menimbulkan tangisan baru-baru ini di masjid-masjid Afghanistan yang menarget umat Islam dan jemaah shalat Jumat adalah di antara insiden yang sama, yang dilakukan oleh Daesh (ISIS), dan para pejabat AS secara eksplisit telah menyatakan bahwa mereka yang menciptakan Daesh."

Beliau menganggap pertemuan-pertemuan tahunan terkait dengan persatuan Islam belumlah cukup. Beliau menjelaskan, "Dalam hal ini harus dilakukan diskusi, penjelasan, dorongan, perencanaan dan pembagian kerja secara permanen. Dan sebagai contoh dalam kasus Afghanistan ini, salah satu cara untuk mencegah insiden tersebut adalah kehadiran pejabat yang terhormat di negara ini di pusat-pusat dan masjid atau mendorong saudara-saudara Sunni untuk menghadiri pertemuan bersama".

Imam Ali Khamenei menganggap bahwa pencapaian tujuan penting untuk menciptakan peradaban baru Islam tidak mungkin kecuali dengan persatuan Syiah dan Sunni dan mengatakan, "Indikator utama persatuan umat Islam adalah masalah Palestina. Jika upaya untuk menghidupkan dan memulihkan hak-hak rakyat Palestina semakin serius dilakukan, maka persatuan umat Islam akan semakin kuat!"

Beliau menyebut bahwa upaya beberapa negara di kawasan untuk menormalkan hubungan mereka dengan rezim Zionis penjajah adalah dosa dan kesalahan besar dan menambahkan: "Pemerintah-pemerintah ini harus kembali dari langkah dan jalan yang berlawanan dengan persatuan Islam dan menebus kesalahan besar mereka!"

Di bagian terakhir pidato yang ditujukan kepada bangsa Iran, Pemimpin Revolusi Islam Iran menganggap bahwa mengikuti Nabi Agung Islam saw berarti harus mencontoh perilaku dan menjadikan beliau sebagai teladan terutama dalam tiga hal; "kesabaran", "keadilan" dan "akhlak." Beliau juga menambahkan, "Sabar berarti tekun, melawan dosa dalam bentuk apapun dan melawan sikap lemah dalam menjalankan tugas atau kewajiban, juga perlawanan terhadap musuh dan berbagai penderitaan."

Beliau juga menekankan bahwa saat ini, kita membutuhkan stabilitas lebih dari apa pun. Untuk itu, beliau mengatakan kepada para pejabat pemerintahannya, "Teruslah berjalan dan jangan berhenti dengan terus menjaga stabilitas dan perlawanan, serta terus bertahan dalam berbagai tekanan dan masalah!"

Imam Ali Khamenei menganggap bahwa keadilan adalah tujuan terpenting dari kebangkitan para nabi dan menambahkan, "Alquran bahkan memerintahkan supaya keadilan juga harus diperlakukan sekalipun untuk musuh."

Beliau berpesan, "Dalam masalah keadilan, para pejabat adalah orang pertama (yang harus bersikap adil). Mereka harus mempertimbangkan masalah keadilan harus ini dalam semua keputusan dan peraturan. Dan dalam kasus-kasus tertentu, mereka harus mempertimbangkan masalah keadilan ini dalam perumusan dan implementasinya".

Dengan menekankan perilaku adil dalam segala hal dan tidak membatasi pada pembagian harta dan kekayaan, Pemimpin Revolusi Islam Iran menunjuk pada dunia maya sebagai contohnya dengan mengatakan, "Kadang-kadang di dunia maya, dusta, fitnah dan janji-janji palsu seringkali diperlakukan dengan berlawanan dengan keadilan! Untuk itu, semua yang terlibat dalam urusan ini dan semua yang bertanggung jawab atas masalah ini harus lebih berhati-hati!"

Beliau menambahkan, "Kita harus belajar untuk bersikap adil! Bahkan saat kita tidak lagi percaya pada perkataan siapapun, maka kita tetap tidak boleh mengotori diri kita dengan fitnah, bohong dan penghinaan (terhadap seorang)!

“Mengikuti akhlak Nabi” adalah pokok terakhir yang ditegaskan dan dikatakan oleh Pemimpin Tertinggi Revolusi Islam Iran. Terkait hal ini, beliau mengatakan, "Akhlak Islam berarti kerendahan hati, memberi maaf, memudahkan dalam urusan pribadi, berbuat baik, serta menghindari kebohongan, fitnah dan kecurigaan terhadap orang-orang yang beriman. Semua ini harus dianggap sebagai instruksi permanen yang harus dilakukan setiap muslim."

Ayatollah Khamenei menekankan, "Kita yang mengklaim sebagai muslim dan (negara kita adalah) Republik Islam, maka klaim ini harus disertai dengan tindakan. Dalam praktiknya, kita harus senantiasa mengikuti dan mencontoh Nabi Agung saw!.

Sebelum pidato Pemimpin Revolusi Islam Iran, Presiden Republik Islam Iran menyebut keberadaan Nabi Agung Muhammad saw sebagai berkah terbesar dan puncak perubahan bagi umat manusia dan berkata, "Dengan mengikuti Nabi Mulia saw dan dengan tawakal pada Allah dan percaya pada rakyat, Imam Khomeini bangkit memilih revolusi. Hari ini, dokumen langkah kedua revolusi juga mengadakan revolusi (perubahan) di semua bagian pemerintahan demi berusaha memenuhi seluruh kebutuhan rakyat".

Dibagian lain pidatonya, Presiden menyebut isu corona dan pasokan bahan pokok sebagai dua perhatian utama di awal kerja pemerintah dan mengatakan, "Hari ini, dengan vaksinasi ekstensif, langkah besar telah diambil untuk melindungi kesehatan masyarakat dan kekhawatiran lainnya juga telah dapat diatasi denga menyediakan barang-barang kebutuhan pokok mereka".

Hujjatul Islam wal Muslimin Raisi menyatakan bahwa kebijakan luar negeri pemerintahannya itu adalah interaksi luas dengan dunia, terutama dengan negara-negara tetangganya. Ia menjelaskan bahwa ekonomi negaranya kini tidak lagi bergantung pada negosiasi dan sejenisnya. Ia menekankan, "Kami berkomitmen pada apa yang telah kami janjikan. Tetapi Amerika Serikat dan Eropa berada dalam krisisi pengambilan keputusan!" [HRS]

700 /