Situs Media Informasi Kantor Imam Ali Khamenei

Pemimpin Revolusi pada Khutbah Salat Idul Fitri:

Rezim Jahat Zionis Harus Dihukum dan Akan Dihukum

Hari ini (Rabu, 10/4) masyarakat Iran melaksanakan salat Idul Fitri dalam kebersamaan di seluruh tanah air dengan penuh kegembiraan iman dan semangat ibadah. Di ibu kota, di Masjid Tehran dan jalan-jalan sekitarnya salat Idul Fitri dipimpin oleh Imam Ali Khamenei, Pemimpin Tertinggi Revolusi Islam.

Ayatullah Khamenei dalam khutbah pertama salat mengucapkan selamat Idul Fitri kepada umat Islam dan seluruh rakyat Iran. Beliau menyebut bulan Ramadan sebagai bulan penuh berkah rahmat ilahi, serta menambahkan: “Rakyat Iran tahun ini, sebisa dan sekuat kemampuan mereka, memanfaatkan sebaik-baiknya nikmat-nikmat Ilahi, dan merayakan awal tahun baru dengan spiritualitas yang diberkati bulan Ramadan.”

Imam Khamenei menyoroti peningkatan pembacaan Alquran di seluruh negeri pada Ramadan tahun ini. Mengacu pada peran media nasional dalam menyampaikan kebenaran dan kemajuan besar ini, ia mengatakan: “Majelis dzikir, doa, munajat, dan permohonan juga, terutama di malam-malam Lailatul Qadr, telah membuat Ramadan tahun ini lebih indah dan menjadi lebih ideal.”

Pemimpin Revolusi dengan tegas menyarankan kepada semua rakyat, terutama generasi muda, untuk menjaga warisan spiritual bulan Ramadan. “Berkat pertolongan Allah, generasi muda (di Republik Islam Iran) memiliki kecenderungan terhadap agama dan ini adalah peluang besar bagi negara.”

Ayatullah Khamenei menganggap puasa sebagai hal yang sangat penting, dan dengan mengacu pada adanya ketidakpatuhan dalam masalah ini dalam beberapa kasus ia berkata: “Negara Islam tidak bermaksud memaksa seseorang untuk menjadi religius dan beragama. Akan tetapi, pelanggaran terhadap norma tidak akan diabaikan. Pejabat, masyarakat, serta petugas pelaksana amar makruf dan nahi mungkar harus melaksanakan tugas mereka.”

Pemimpin Revolusi dalam khutbah kedua salat menganggap kejadian berdarah di Gaza menyebabkan kepahitan bagi umat Muslim di bulan Ramadan. Menyoroti kelanjutan kejahatan rezim pendudukan Zionis selama bulan suci tersebut, ia menambahkan: “Rezim jahat tersebut, karena tidak berdaya menghadapi kekuatan resistensi, mereka membunuh anak-anak di pangkuan ibu dan pasien di rumah sakit, serta dengan kejamnya, mengorbankan puluhan ribu pria, wanita, dan anak muda di depan mata dunia.”

Imam Khamenei mengecam keras dukungan militer, politik, dan ekonomi negara-negara Barat terutama Amerika dan Inggris terhadap penjahat Zionis. “Negara-negara ini dalam tragedi Gaza telah menunjukkan sifat jahat dari peradaban Barat kepada dunia. Tentu saja, kita dan kritikus dari peradaban Barat sebelumnya telah berkali-kali mengatakan bahwa sifat dari peradaban ini adalah permusuhan dan kebencian terhadap nilai-nilai moral dan manusia, dan kinerja pemerintah yang mendukung rezim Zionis palsu selama enam bulan kejadian Gaza membuktikan fakta ini.”

Pemimpin Revolusi dengan mengacu pada seruan hak asasi manusia dari para pengklaim Barat, bertanya: “Apakah 30 ribu lebih syuhada yang tak bersalah dan tak berdaya di Gaza bukanlah manusia? Mengapa kita tidak mendengar suara dari Barat?”

Pemimpin Revolusi sembari menyinggung serangan terhadap konsulat Iran di Suriah, menekankan bahwa menurut norma internasional, serangan terhadap konsulat dan kedutaan setiap negara dianggap sebagai serangan terhadap tanah air negara tersebut. Rezim jahat Zionis harus dihukum atas kejahatan ini dan akan dihukum.

Ia menyebutkan rakyat Iran sebagai pewaris dari para syahid yang menjadi korban serangan rezim Zionis, seperti syahid Zahedi dan Rahimi serta rekan-rekan mereka, yang telah bertahun-tahun berjuang dan berkorban, dan Tuhan telah memberikan pahala atas pengorbanan mereka dan berhasil mencapainya.

Pemimpin Revolusi juga mengacu pada perasaan kesedihan yang dirasakan oleh rakyat karena gugurnya para penjaga keamanan di Sistan dan Baluchestan. Ia menyatakan bahwa para pemuda pemberani tersebut telah mengorbankan nyawa mereka dalam melindungi keamanan rakyat dan perbatasan negara. Ia juga mendoakan semoga Allah memberikan kesuksesan dalam pelbagai ujian besar nasional bagi bangsa dan negara.

Pesan terakhir Pemimpin Revolusi dalam khutbah Idul Fitri adalah pentingnya persatuan. “Semua orang, pemuda, aktifis politik-sosial, dan aktivis media harus tahu bahwa kesuksesan umat terletak dalam persatuan. Tentu saja, perbedaan pendapat politik dan non-politik tidak menjadi masalah, tetapi konflik dan perselisihan buatan, akan melemahkan agama dan dunia serta merugikan negara.” [SZ]

 

 

 

700 /