Situs Media Informasi Kantor Imam Ali Khamenei

Pemimpin Besar Revolusi Islam:

Rahbar: Rakyat Iran menyaksikan refleksi teriakan mereka dalam kebangkitan Islam rakyat Tunisia dan Mesir

Pemimpin Besar Revolusi Islam Iran atau Rahbar Ayatullah al-Udzma Sayyid Ali Khamenei dalam pertemuan agung rakyat mukmin dan revolusioner Tehran dalam shalat Jumat Tehran menyebut Sepuluh Fajr dan 22 Bahman tahun ini punya kegairahan dan situasi yang berbeda di banding tahun-tahun sebelumnya. Seraya menjelaskan perubahan mendalam dan prinsip yang bersumber dari kemenangan Revolusi Islam, Rahbar menegaskan, “Perubahan mendalam berkat resistensi bangsa Iran selama 32 tahun masih terus berlanjut. Rakyat Iran pasca perjuangan bertahun-tahun kini dapat menyaksikan refleksi teriakan keterzalimannya namun kokoh dalam peristiwa terbaru di utara Afrika dan khususnya dalam kebangkitan dan kesadaran rakyat Mesir dan Tunisia.”

Rahbar dalam khotbah awalnya yang dipadati oleh rakyat Tehran di Universitas Tehran hingga ke jalan-jalan di sekitar menjelaskan kondisi sebelum kemenangan Revolusi Islam Iran dan pengaruh kemenangan Revolusi Islam terhadap perimbangan politik dunia.

“Kubu arogansi dan hegemoni internasional telah menyusun rencana detil guna melindungi dan memperluas kepentingannya di kawasan yang sangat urgen dan strategis Timur Tengah. Bertahun-tahun mereka berhasil menerapkan rencana ini, namun kemenangan Revolusi Islam Iran telah menghancurkan seluruh konstelasi politik mereka,” ungkap Rahbar.

Ayatullah Sayyid Ali Khamenei kemudian menjelaskan ciri khas peran dunia hegemoni bagi kawasan Timur Tengah hingga sebelum kemenangan Revolusi Islam. Ditambahkannya, “Keberadaan negara-negara lemah yang saling memusuhi, memiliki penguasa yang menjadi boneka dan patuh terhadap Barat, dari sisi ekonomi adalah negara konsumen, dari sisi keilmuwan terkebelakang, di bidang kebudayaan menjiplak Barat, dari sisi kemiliteran lemah, dari sisi moral sangat korup dan terkebelakang serta dari sisi keagamaan benar-benar sangat sederhana pada tataran personal atau formalitas. Ini adalah ciri khas yang didefinisikan kekuatan hegemoni bagi negara-negara kawasan Timur Tengah.”

Rahbar kemudian menilai ledakan besar Revolusi Islam dan munculnya Imam Khomeini ra sebagai ulama besar, bijak, faqih, pejuang, pemberani, berani menghadapi resiko dan ucapannya yang berpengaruh telah memporak-porandakan strategi Barat di kawasan sangat penting Timur Tengah. Beliau menegaskan, “Pendidikan, kemunculan dan kehadiran pria besar ini pada hakikatnya merupakan pekerjaan ilahi.”

Rahbar menyebut kebangkitan, kesiapan dan dukungan mutlak bangsa Iran atas Imam Khomeini ra menjadi penyebab kemenangan Revolusi Islam. Menurut beliau, “Dalam kemenangan dan keberlanjutan Revolusi Islam, Imam Khomeini ra dan bangsa Iran berdiri bak gunung yang kokoh. Hal ini menyebabkan segala usaha front musuh tidak mampu mengalahkan dan menyimpangkan Revolusli Islam ini.”

Ayatullah Sayyid Ali Khamenei juga mengingatkan langkah-langkah dan rencana para musuh untuk mengalahkan Revolusi Islam seperti menciptakan bentrokan di jalan-jalan, perang etnis, kudeta, Perang 8 Tahun, embargo ekonomi dan perang urat saraf selama 32 tahun ini.

“Seluruh langkah yang dilakukan oleh musuh ini punya tiga tujuan utama,” tegas Rahbar.

Pemimpin Besar Revolusi Islam Iran menyebut tujuan terpenting front musuh selama 32 tahun ini adalah menumbangkan Revolusi Islam dan menggantikan Republik Islam Iran. Dijelaskannya, “Tujuan kedua Amerika bila rencana menumbangkan Revolusi Islam ini tidak berhasil adalah mengubah revolusi sehingga hanya bentuk lahiriahnya saja yang tinggal, sementara batin dan semangatnya sudah lenyap.”

Rahbar mengatakan bahwa fitnah tahun 1388 yang terjadi tahun lalu merupakan penampilan terakhir musuh untuk mengubah revolusi. Ditambahkannya, “Dalam fitnah itu, pendisain, perencana dan pelaku utama semua berada di luar Iran, sementara sebagian orang yang egois dan cinta kedudukan tertawan konspirasi mereka. Tahu atau tidak mereka telah bekerjasama dengan musuh.”

Saat menjelaskan tujuan ketiga front hegemoni Rahbar mengatakan, “Sekalipun telah berusaha keras ternyata Republik Islam Iran tetap tegar dan kokoh. Untuk itu mereka berusaha mempengaruhi orang-orang yang lemah dan menjadi penghubung mereka dalam masalah negara agar mampu menciptakan sistem yang lemah dan taat kepada mereka serta tidak menentang Amerika.

Rahbar menyebut kesadaran bangsa Iran, adanya tokoh-tokoh dan para pejabat yang baik membuat musuh senantiasa gagal dalam merealisasikan tujuannya. Menurut beliau, “Revolusi Islam mampu menciptakan banyak perubahan mendasar di negara ini berkat kedalaman dan substansinya. Imam Khomeini ra dan rakyat telah memperkuat dasar-dasar revolusi sedemikian rupa sehingga gerakan besar ini dapat terus berlanjut.”

Ayatullah Sayyid Ali Khamenei dalam menjelaskan perubahan mendalam dan mendasar yang terjadi di Iran pasca kemenangan Revolusi Islam menyinggung proyek Islamphobia rezim Pahlevi.

“Revolusi telah mengubah 180 derajat kebijakan ini dan menjadikan Islam sebagai inti dalam mengelola negara dan masyarakat,” ungkap Rahbar.

Perubahan kebergantungan kekuasan Pahlevi kepada Amerika dan Inggris dan mengubah Iran menjadi simbol sempurnanya independensi politik di dunia merupakan perubahan kedua yang disinggung Ayatullah Sayyid Ali Khamenei dalam menjelaskan dampak yang muncul dari kemenangan Revolusi Islam.

Rahbar mengatakan, “Independensi dan kemuliaan politik telah menjadi daya tarik paling ampuh bagi bangsa-bangsa di dunia. Bagian paling urgen dari rasa penghormatan bangsa-bangsa terhadap Revolusi Islam kembali pada masalah penting ini.”

Ayatullah Sayyid Ali Khamenei lalu menyinggung sistem monarki kekuasan Pahlevi dan tidak memberikan sedikitpun peran kepada masyarakat. Rahbar menjelaskan, “Pasca revolusi, dasar kekuasaan adalah demokrasi agama. Berbeda dengan periode sebelum revolusi di mana kekuasaan diwarisi turun-temurun, namun pasca revolusi kehendak rakyat paling menentukan dalam pemerintahan.”

Seraya mengingatkan kekusaan diktator sebelum kemenangan Revolusi Islam Iran, Rahbar mengatakan, “Revolusi Islam telah membuka ruang untuk kritik, perubahan, peringatan dan bahkan menentang dan protes bagi rakyat. Proses ini telah berjalan selama 32 tahun dan senantiata akan seperti itu.”

Ayatullah Sayyid Ali Khamenei menyebut rasa percaya diri di bidang sains yang telah menjadi keyakinan bangsa merupakan keberhasilan lain Revolusi Islam. Beliau menegaskan, “Sebelum Revolusi Islam, dari sisi keilmuwan dan teknologi negara benar-benar bersandar pada Barat, namun kini selain telah menunjukkan kemajuan luar biasa di bidang sains dan teknologi, Iran juga memiliki para ilmuwan muda dan besar di pelbagai jurusan yang sulit dicari bandingannya di tingkat internasional.”

Rahbar menyebut pengaruh Iran dalam masalah regional dan internasional merupakan pesan lain kemenangan Rebolusi Islam Iran. Dikatakannya, “Kini kemuliaan dan keagungan bangsa Iran dan pengaruhnya terkait masalah internasional dan regional telah membuat musuh terperanjat dan mereka selalu berbicara tentang pengaruh Iran.”

Pemimpin Besar Revolusi Islam Iran menjelaskan bahwa keluarnya Iran dari penjiplakan murni di bidang kebudayaan dan penyusunan rencana dengan tema serangan budaya oleh para musuh merupakan dampak lain yang bersumber dari Revolusi Islam. Ditambahkannya, “Negara yang memiliki ciri khas dan prinsip-prinsip seperti ini yang bakal mampu menggagas peradaban baru di dunia.”

Seraya mengingatkan ucapan seorang pejabat Barat soal kemampuan UUD dan kemajuan Republik Islam menjadi teladan bagi negara-negara lainnya dan begitu juga daya tarik keberhasilan sains, politik, ekonomi dan militer Iran bagi bangsa-bangsa lain, Rahbar mengatakan, “Sekalipun adanya upaya merusak dari pihak musuh, keberhasilan ini tetap terjadi dan bangsa Iran telah berubah menjadi teladan bagi bangsa-bangsa lain di pelbagai bidang.”

Rahbar kemudian menilai sejumlah kesalahan Barat juga sangat berperan menjadikan bangsa dan negara Iran menjadi teladan bagi bangsa-bangsa lain. Ditambahkannya, “Sikap keras kepala mereka untuk menghapus hak nuklir bangsa Iran menyebabkan bangsa dan para pejabat Iran lebih resisten dan akhirnya seluruh dunia mengetahui betapa Iran telah mengalami kemajuan pesat yang tidak pernah dibayangkan sebelumnya di bidang nuklir. Tidak ada satu tekananpun yang mampu memundurkan bangsa Iran dalam hal ini.”

Rahbar menilai upaya Barat mengembargo penjualan bensin kepada Iran merupakan masalah lain yang membuat para pejabat negara semakin serius terkait swasembada dalam produksi bensin.

Sekaitan dengan hal ini Rahbar mengatakan, “Berdasarkan laporan para pejabat negara, sejak 22 Bahman tahun ini, Iran secara sempurna tidak lagi membutuhkan impor bensin, bahkan lebih dari itu, Iran mampu untuk mengekspor bensin.”

Ayatullah Sayyid Ali Khamenei menilai kesalahan Barat dalam masalah embargo militer dan upaya menciptakan kelompok Islam ekstrim di negara tetangga Iran pada akhirnya telah membuat Iran semakin kuat. Dijelaskannya, “Dalam fitnah tahun 1388 mereka begitu giat menjadikan fitnah sebagai berita kontroversi dan menganggapnya begitu heboh yang pada akhirnya membuat rakyat tampil dan menciptakan gerakan heroik 9 Bahman.”

Di bagian lain dari khotbah awalnya Rahbar mengatakan, “Bila sebuah revolusi ingin memiliki pengaruh kepada yang lain, maka sudah semestinya memiliki sejumlah kekhususan dan yang paling penting adalah resistensi dan perlawanan.”

Rahbar dalam menjelaskan daya tahan bangsa dan Republik Islam Iran berdiri di atas prinsip dan ciri-ciri khas revolusi mengatakan, “Sejak awal revolusi, Imam Khomeini ra dan bangsa menegaskan bahwa revolusi yang diperjuangkan berdasarkan Islam. Namun sebagian orang di dunia berusaha mencitrakan bahwa Islam tidak akan pernah bisa digabungkan dengan demokrasi. Imam dan rakyat tidak peduli dengan aksi-aksi kontroversi ini dan tetap menegaskan bahwa revolusi kami berdasarkan Islam dan akan tetap berlandaskan Islam.”

Seraya menyinggung keberlanjutan kondisi keislaman di tengah masyarakat, Rahbar mengatakan, “Bila kondisi keislaman di masyarakat saat ini tidak lebih dari kondisi di periode revolusi, setidaknya sama dengan waktu itu. Betapa tidak, para pemuda saat ini bahkan boleh dikata lebih sigap dan maju dari sebagian generasi periode revolusi.”

Rahbar kemudian mengisyaratkan kegagalan sebagian orang selama 32 tahun ini untuk menjauhkan masyarakat dari kondisi keislaman dan menegaskan, “Bangsa dan para pejabat akan tetap berdiri di atas Islam dan akan tetap seperti itu selamanya.”

Pemimpin Besar Revolusi Islam Iran menyebut tegar untuk menjalankan demokrasi merupakan contoh lain berlanjutnya prinsip dan ciri khas revolusi. Ditambahkannya, “Imam sejak hari pertama kemenangan telah menegaskan bahwa rakyat harus memberikan suaranya dan ciri khas ini terus berlanjut di seluruh pemilu dan pelbagai masalah.”

Rahbar menyinggung pelaksanaan lebih dari 30 pemilu selama 32 tahun ini dan mengatakan, “Bahkan selama perang dan di bawah bombardir dan serangan roket musuh, pemilu tidak pernah tertunda walaupun hanya sehari. Ini berarti ketegaran hakiki dalam prinsip demokrasi.”

Ayatullah Sayyid Ali Khamenei mengisyaratkan munculnya kecenderungan politik yang berbeda-beda dalam pemilu presiden dan menjelaskan betapa dalamnya pengaruh suara rakyat. Menurut beliau, “Sejak pemilu anggota Dewan Ahli Kepemimpinan yang memilih dan menurunkan Rahbar hingga pemilu presiden, anggota parlemen, dewan perwakilan rakyat daerah dan masalah-masalah yang lain, semuanya bertumpu pada suara rakyat dalam pemilu.”

Tegar di atas cita-cita keadilan sosial merupakan poin lagi yang dijelaskan Rahbar dalam khotbah pertamanya.

Rahbar menilai terwujudnya keadilan sosial sangat penting dan lebih sulit dari pekerjaan yang lain. Beliau mengatakan, “Apa yang ada saat ini di Iran masih sangat jauh dari keadilan sosial yang diinginkan Islam, namun yang penting adalah gerakan menuju keadilan sosial terus dilakukan dan lebih cepat dan kuat.

Ayatullah Sayyid Ali Khamenei menyebut distribusi yang tepat fasilitas kehidupan dan kesempatan di seluruh negeri, safari provinsi para pejabat negara, saham keadilan, perumahan desa dan subsidi terarah merupakan contoh akan upaya negara untuk menciptakan keadilan sosial.

“Bila ada pekerjaan penting dan prinsip seperti subsidi terarah yang diterapkan secara benar dengan tekad kuat para pejabat dan rakyat, proses perealisasian keadilan sosial akan terjadi dengan lebih cepat,” ungkap Rahbar.

Rahbar menambahkan, “Kehidupan kami dan para pejabat harus seperti kalangan rakyat paling miskin, namun yang terjadi adalah tidak demikian. Namun kehidupan para pejabat rata-rata sama seperti kalangan menengah dan ini sangat bernilai.”

Ayatullah Sayyid Ali Khamenei menilai melawan kezaliman dan tidak menyerah di hadapan kekuatan arogansi merupakan ciri khas lain yang dibawa oleh Revolusi Islam. Ciri khas ini terus berlanjut hingga 32 tahun ini berkat tekad rakyat dan para pejabat negara.

Rahbar juga menyinggung upaya sebagian pihak di awal revolusi dan tiga dekade terakhir ini untuk melemahkan cita-cita melawan kezaliman. Beliau mengatakan, “Sejak awal mereka menginginkan normalisasi hubungan dengan Amerika dengan melupakan slogan-slogan revolusi dan setelah itu secara perlahan-lahan mereka ingin menjadikan negara patuh kepada kebijakan Amerika.”

Rahbar menyebut resistensi bangsa dan Republik Islam Iran selama 32 tahun menyebabkan Iran agung di mata bangsa-bangsa lain. Menurut beliau, “Pekerjaan penuh kesulitan ini pada akhirnya telah membawa berkah dan rahmat ilahi serta perlahan-lahan hasil luar biasanya tampak bagi semua. Kini bangsa Iran telah menjadi teladan yang memiliki daya tarik tinggi bagi bangsa-bangsa lain.

Menutupi khotbah pertamanya, Rahbar menyimpulkannya dengan menegaskan, “Masalah dan kenyataan yang telah disebutkan sebelumnya menunjukkan betapa Sepuluh Fajr tahun ini sangat penting, sensitif dan memiliki semangat tinggi dan Insya Allah pawai akbar 22 Bahman bakal menambah seluruh kebanggaan selama 32 tahun ini.”

Pemimpin Besar Revolusi Islam Iran dalam khotbah keduanya menyebut peristiwa terbaru di utara Afrika, khususnya perkembangan terbaru Tunisia dan Mesir sangat penting dan goncangan yang sebenarnya. Ditambahkannya, “Bila bangsa Mesir dengan bantuan Allah mampu memajukan gerakannya, maka hal ini akan menjadi kekalahan yang tidak dapat ditutupi bagi Amerika dan rezim Zionis Israel di Timur Tengah.

Rahbar kemudian menyinggung kekhawatiran rezim Zionis Israel yang semakin meningkat atas transformasi Mesir dan mengatakan, “Zionis Israel lebih mengetahui dari pihak lain bahwa bila Mesir melepaskan dirinya dari persekutuan dengan Israel, peristiwa penting apa yang bakal terjadi di kawasan. Itu artinya terealisasinya prediksi Imam Khomeini ra.”

Ayatullah Sayyid Ali Khamenei dalam menganalisa sebab transformasi terbaru di Tunisia dan Mesir menelisik penyimpangan Barat. Ditambahkannya, “Dalam analisa yang dilakukan oleh pihak-pihak internasional ada upaya untuk mengarahkan opini publik bahwa penyebab utama kebangkitan rakyat di Tunisia dan Mesir adalah masalah ekonomi. Padahal penyebab utama adalah perasaan terhina dalam diri rakyat kedua negara ini akibat kinerja para penguasa Tunisia dan Mesir.”

Ayatullah Sayyid Ali Khamenei menyinggung kinerja Ben Ali selama berkuasa di Tunisia dan mengatakan, “Ben Ali adalah pribadi yang begitu bergantung pada Amerika. Bahkan sebagian informasi menunjukkan betapa ia termasuk anasir Badan Intelijen Amerika (CIA).”

“Bagi sebuah bangsa sangat sulit menerima pemimpinnya budak resmi lembaga Amerika dan kenyataan ini merupakan satu dari sebab kebangkitan rakyat Tunisia,” jelas Rahbar.

Rahbar kemudian menyinggung kebijakan anti agama Ben Ali di Tunisia, termasuk melarang rakyat melakukan syiar-syiar agama dan larangan berjilbab di tempat-tempat umum. “Satu dari motifasi utama kebangkitan rakyat Tunisia adalah motifasi keislaman yang berusaha ditutup-tutupi oleh para analis Barat,” tambah Rahbar.

Ayatullah Sayyid Ali Khamenei mengatakan, “Kini telah terjadi perubahan secara permukaan di Tunisia. Rakyat Tunisia harus waspada dan mampu mengidentifikasi maslahatnya serta tidak boleh termakan tipu daya musuh.”

Di bagian lain dari khotbah keduanya, Rahbar menyinggung perubahan sangat penting yang tengah terjadi di Mesir dan membeberkan latar belakang sejarah, budaya, politik dan agama. Rahbar mengatakan, “Mesir merupakan negara Islam pertama yang mengenal budaya Barat di abad 17 dan negara Islam pertama yang melawan budaya ini.”

Ayatullah Sayyid Ali Khamenei menyebut Mesir sebagai basis bagi kehadiran para pencari Islam dan ilmuwan Islam sepanjang sejarah dan mengatakan, “Mesir mengingatkan para pejuang Islam pemberani Sayyid Jamaluddin dan murid-muridnya seperti Muhamamd Abduh.”

Rahbar juga menjelaskan posisi pemikiran dan politik Mesir dalam gerakan meraih kemerdekaan dalam perang dengan Israel dan menambahkan, “Negara Mesir dengan posisi dan latar belakang sejarah yang tinggi selama tiga puluh tahun ini berada dalam kekuasaan pribadi yang bukan hanya tidak mencintai kebebasan dan anti Zionis, tapi justeru menjadi musuh manusia-manusia bebas dan budak Zionis Israel.”

Pemimpin Besar Revolusi Islam mengatakan, “Selama periode kekusaan Laa Mubarak, kondisi Mesir turun dari posisi negara yang memberi ilham bagi dunia Arab dan Islam menjadi negara yang bekerja dengan Israel dan musuh Palestina.”

Sekaitan dengan hal ini, Ayatullah Sayyid Ali Khamenei menyebut kinerja Hosni Mubrak dalam perang 22 hari rezim Zionis Israel terhadap rakyat Gaza dan blokade rakyat tertindas ini. Menurut Rahbar, “Perilaku ini telah membuat rakyat Mesir lelah. Karena negara Mesir telah menjadi pendukung Israel dan membeo apa saja yang diinginkan Amerika. Rakyat Mesir benar-benar merasa terhina dengan perlakuan ini.”

Seraya menyinggung rasa keislaman rakyat Mesir, Rahbar menyebut satu dari faktor utama kebangkitan rakyat Mesir adalah motifasi agama. Ditegaskannya, “Rakyat Mesir memulai gerakannya dari shalat Jumat dan masjid. Slogan-slogan agama dipakai oleh mereka, khususnya Allahu Akbar. Belum lagi kelompok pejuang paling kuat di Mesir adalah kelompok Islam.”

“Barat benar-benar mengkhawatirkan motifasi keislaman dalam kebangkitan rakyat Mesir di tengah bangsa-bangsa di kawasan. Oleh karenanya mereka berusaha menunjukkan bahwa sebab gerakan rakyat Mesir disebabkan masalah ekonomi,” ungkap Rahbar.

Sekaitan dengan hal ini, Ayatullah Sayyid Ali Khamenei menegaskan, “Faktor ekonomi memang punya pengaruh. Masalah ekonomi hasil dari kebergantungan Mubarak kepada Amerika yang menyebabkan ekonomi Mesir tidak berkembang. Kondisi ini akhirnya membuat ratusan ribu rakyat Kairo harus tinggal di kuburan akibat kemiskinan yang melilit mereka.”

Ditambahkannya, “Amerika ternyata juga tidak memberikan imbalan ekonomi kepada boneka seperti Mubarak. Saat inipun mereka tidak akan memberikan imbalan kepadanya. Kapan saja penguasa Mesir ini lari dari negaranya, sudah pasti pintu yang akan tertutup baginya adalah Amerika, sama seperti yang dilakukan kepada Ben Ali dan Mohammad Reza Pahlevi.”

Rahbar menegaskan, “Masalah ini sudah seharusnya menjadi pelajaran bagi mereka yang ingin menjadi teman Amerika. Mereka harus menyaksikan bagaimana Amerika memperlakukan para bonekanya.”

Ayatullah Sayyid Ali Khamenei menyinggung kepanikan Amerika dan rezim Zionis Israel di hadapan kebangkitan rakyat Mesir dan mengatakan, “Mereka berusaha keras untuk keluar dari situasi ini dan mulai menjalankan tipuannya. Namun perlu diketahui bahwa keberhasilan atau kegagalan skenario Amerika ini bergantung pada kinerja dan keputusan rakyat Mesir.”

Di akhir khotbah keduanya Rahbar menyampaikan khotbahnya dalam bahasa Arab.

Rahbar dalam khotbahnya menyebut kondisi saat ini Mesir merupakan perang kehendak antara rakyat Mesir dan musuh mereka. Ditambahkannya, “Dalam perang ini siapa yang memiliki tekad yang lebih kuat merupakan pemenangnya.”

Dalam menjelaskan langkah-langkah Amerika dan Zionis Israel untuk menguasai transformasi terbaru Mesir dan mengalahkan kebangkitan rakyat negara ini Rahbar mengatakan, “Mereka berusaha agar rakyat putus asa untuk merealisasikan tujuan-tujuannya, namun rakyat Mesir dengan bersandar kepada Allah tidak boleh ragu bahwa janji Allah senantiasa bersama mereka.”

Ayatullah Sayyid Ali Khamenei menyebut senjata paling penting rakyat Mesir dalam menghadapi musuh-musuhnya adalah persatuan. Rahbar menegaskan, “Rakyat Mesir harus mewaspadai tipu daya musuh yang berusaha menciptakan perpecahan. Dengan bersandar pada para pemuda dan bertawakkal kepada Allah mereka hendaknya tegar melanjutkan kebangkitannya.”

Rahbar menyeru rakyat Mesir untuk mewaspadai nasihat dan skenario politik Amerika dan Barat dan mengingatkan, “Beberapa hari sebelum ini Amerika adalah pendukung Mubarak dan kini mereka sudah mulai putus asa terhadapnya. Oleh karena itu mereka berusaha untuk menunjukkan dirinya pendukung rakyat Mesir agar dapat mendudukkan seseorang yang diinginkan oleh mereka.”

Rahbar juga menyebut peran ulama Mesir, khususnya ulama al-Azhar sangat urgen dalam situasi saat ini dan menegaskan, “Ulama agama Mesir harus memainkan peran historisnya dalam kebangkitan rakyat Mesir.”

Rahbar juga menyinggung masa lalu militer Mesir dalam perang dua kali dengan militer Zionis Israel dan menambahkan, “Militer hendaknya memainkan peran bersejarahnya dalam perkembangan terbaru Mesir dan berpihak kepada rakyat.”

700 /