Situs Media Informasi Kantor Imam Ali Khamenei

Pidato Rahbar dalam Pertemuan dengan Para Penyair

Bismillahirrahmanirrahim

Hari kelahiran Imam Mujtaba, Imam Hassan as; kebaikan terjelma di lidah Rasulullah Saw yang nama ini dipilih beliau untuk bayi yang terlahir ini—dan ini sangat agung, sangat bernilai bahwa Rasulullah Saw yang memberi nama manusia mulia ini, bayi yang berbahagia ini dengan Hassan—insya Allah selamat bagi kalian semua.

Saya mengingatkan kembali berkah-berkah bulan Ramadhan untuk kalbu-kalbu sensitif kalian, jiwa-jiwa lembut kalian, afeksi-afeksi mengalir kalian; jika panen besar berkah-berkah ini benar-benar harus dimanfaatkan oleh sekelompok orang, maka termasuk di antara kelompok yang harus paling banyak memanfaatkannya dan sedang memanfaatkannya, adalah orang-orang yang berselera, bersemangat, memiliki hati; yaitu kalian. Siapa lagi yang lebih baik dari kalian dalam memanfaatkan detik-detik, saat-saat, jam-jam, hari-hari dan malam-malam di bulan ini—bulan pendekatan kepada Allah Swt, bulan pelembutan hati, bulan keakraban dengan Allah Swt, bulan zikir, bulan kekhusyuan—dan siapa yang lebih tepat dari kalian yang memiliki hati bersih dan lembut serta afeksi yang sangat halus.  

Untuk masuk dalam sorga zikir, keakraban dan gelora, sarana terbaiknya adalah doa-doa yang ditetapkan untuk bulan ini; baik doa-doa yang khusus untuk bulan ini atau doa-doa yang dapat dibaca pada saat-saat penting, seperti Munajat Sya’baniyah, Sahifah Sajjadiyah; memanfaatkan [doa-doa] itu sangat bernilai tinggi.
وَ اسمَع دُعائی اِذا دَعَوتُک، وَ اسمَع نِدائی اِذا نادَیتُک، وَ اقبِل عَلَیَّ اِذا ناجَیتُک
Hati-hati lembut kalian dapat menjelaskan [doa-doa] itu semua dengan lebih terasa dan dengan perhatian lebih.

فَقَد هَرَبتُ اِلَیکَ وَ وَقَفتُ بَینَ یَدَیک
Ini adalah ungkapan-ungkapan, kata-kata yang keluar dari hati terlembut dan lidah terfasih. Siapa yang harus mempertimbangkannya, memahaminya [dan] memanfaatkannya, lebih baik daripada kalian, lebih baik dari kalbu-kalbu yang bersih dan halus ini. Jangan kalian lalai untuk berdoa di bulan ini. Dalam doa Sya’baniyah [disebutkan]:

هَب لی قَلباً یُدنیهِ مِنکَ شَوقُهُ وَ لِساناً یُرفَعُ اِلَیکَ صِدقُهُ وَ نَظَراً یُقَرِّبُهُ مِنکَ حَقُّه
Ini adalah hati yang semangatnya, memuliakannya, mengangkatnya, mendekatkannya dengan dzat ketuhanan, ini semua diminta manusia dari Tuhan, lalu kalbu seperti apa yang lebih siap dibanding kalbu yang sensitif dan lembut itu? Yang alhamdulillah kalian memang demikian.  

Dalam doa Abu Hamzah Tsumali [kita baca]:
بِکَ عَرَفتُکَ وَ اَنتَ دَلَلتَنی عَلَیکَ وَ دَعَوتَنی اِلَیکَ وَ لَولا اَنتَ لَم اَدر ما اَنت
Ini adalah hubungan spiritual lembut dengan sang Haq, dengan sumber cinta dan kemuliaan; ini semua sangat bernilai, ini semua sangat penting; ini semua benar-benar menghangatkan kalbu-kalbu yang sensitif, menjaganya, memberinya harapan, menjadi tempat berlindung dan bersandar. Saya tidak berurusan dengan kepada siapa almarhum Akhavan mengemukakan syair ini dan untuk apa; saya menujukan syair ini kepada Sahifah Sajjadiyah dan saya membaca syair ini untuk doa Abu Hamzah Tsumali:

“Wahai sandaran dan tempat berlindung pada detik-detik kesendirian dan kerahasiaanku yang penuh kesucian dan kemegahan, wahai sungai manis agungku.”

Inilah doa. Jangan kalian lepaskan ini, jangan kalian berpaling dari doa; doa sangat bernilai. Doa adalah eliksir yang dapat mengubah hati yang telah tercemari dengan keputusasaan, tercampur dengan kepesimisan, atau tercemari dengan perasaan-perasaan keliru, membimbingnya ke jalan yang benar; doa memiliki esensi seperti ini. Manfaatkanlah malam-malam [Ramadhan] ini, kalian adalah orang-orang yang paling tepat untuk membaca doa ini dan menimba manfaat hakiki darinya, manfaatkanlah. Tentunya membaca kata-kata doa, adalah satu tahap di bawah membaca doa—yaitu membaca kata-katanya dan tidak memahami maknanya, atau memahami maknanya secara lahiriyah saja—akan tetapi melebur dengan doa, melebur dengan kandungan-kandungannya, dan menyelaminya, sangat bernilai.

Baik, syair adalah sebuah elemen berpengaruh, pengaruhnya pun dalam kumpulan faktor-faktor verbal memiliki pengaruh ganda; yakni tidak ada ucapan lain sefasiih apapun, seindah apapun, sedemikian berbobot pun, jika bukan syair maka tidak memiliki pengaruh tersebut; syair memiliki mekanisme seperti ini, memiliki elemen seperti ini. Syair memainkan peran motivator, pada titik yang perlu dimotivasi; berperan sebagai pembimbing, berperan sebagai penentu jalur, sebagai pengarah bagi pendengar dan bagi orang yang melantunkan syair untuk dirinya sendiri; ini tentunya menuntut tanggungjawab. Ketika Anda memiliki kekayaan, memiliki sarana yang dapat digunakan untuk tugas-tugas besar, yang jika Anda tidak menggunakannya, maka Anda bertindak bertentangan dengan tanggungjawab, berlaku bertentangan dengan komitmen. Ini menuntut  tanggungjawab. Allah Swt memberi kalian nikmat ini akan tetapi sama seperti nikmat-nikmat lainnya, akan ditanya tentang nikmat itu, akan ditanya tentang pemberian dari Allah Swt itu. Kalian akan ditanya apa yang kalian lakukan dengan nikmat itu?

Dengan sarana syair, audien dapat dibimbing ke jalan benar dan jalan lurus; juga dapat digiring ke jalan menyimpang, menjerumuskannya. Syair mampu membawa manusia dalam jurang; ada syair-syair seperti itu, apalagi sekarang yang sangat disayangkan budaya lepas kendali yang jauh dari norma-norma akhlak dan kemanusiaan menyebar sangat luas melalui sarana-sarana baru ini—sarana-sarana media baru. Terkadang syair dapat menjadi sarana untuk menggoyahkan, menjerumuskan dan menyimpangkan; ini satu sisi dari masalah. Oleh karena itu, syair dapat melakukan dua hal itu. Penyair dengan perasaan lembutnya, memahami, menjadi bersemangat, merindu, dan melantunkan syair; pelantunan penyair itu muncul karena gairah, muncul karena kerinduan, muncul karena gelora, penalaran dan penyaksian sesuatu yang tidak disaksikan orang lain. Baik, ini memiliki dua sisi: bisa menjadi pengarah menuju kebaikan, bisa [juga] kebalikannya. Jika syair terpengaruh secara ekstrim oleh kecenderungan seksual—yang sayangnya sebagian pihak sekarang di negara kita sedang menggiring [syair] ke arah ini, menyeretnya secara paksa, setelah para pemuda kita bergerak dalam nuansa menyejukkan, lembut, spiritual, epik dan revolusioner sangat indah, sekarang sebagian tangan telah memulainya, di berbagai tempat, termasuk di antara yang paling banyak di dunia maya; terdapat pula di berbagai cara lain, melalui syair juga mereka menyeret dan membawa [para pemuda] menuju kecenderungan seksual ekstrim—ini sesuatu yang sangat buruk, ini adalah alarm tanda bahaya. Terkadang seperti ini, terkadang kepentingan pribadi dan terkadang pemujaan kejahatan, yang sayang sekali dalam sejarah kita makna ini memiliki rekam jejak panjang, pemujaan kejahatan dan penjahat.

Sekarang di titik lawannya ada kita, alhamdulillah, beruntung sekali saya melihat beberapa orang dari para penyair muda kita melawan [gelombang] itu; sebelumnya saya mendengar dan membaca syair-syair tentang Yaman—syair bapak Sayyar—dan syair-syair lainnya, bagus sekali, syair-syair yang telah kalian sampaikan, yang dilantunkan pada malam ini oleh rekan-rekan, sangat bagus, itu semua benar, ini adalah hal yang benar. Ini adalah komitmen yang akan ditanya oleh Allah Swt. Salah satu penggalan dalam doa Makarim al-Akhlak adalah:
وَ اسْتَعْمِلْنِی بِمَا تَسْأَلُنِی غَداً عَنْهُ
Harus dipikirkan bahwa akan ditanya banyak hal dari kita; disebutkan Ya Allah! Hal-hal yang akan kau tanyakan kelak dariku, berikan sarana untuk menindaklanjutinya dan mengamalkannya kepadaku hari ini. Baik, kalian telah memiliki sarananya, mungkin ada orang yang tidak dapat mengungkapkan, alhamdulillah kalian mampu mengungkapkannya; katakanlah, juga [pasti akan] berpengaruh. Syair yang kalian lantunkan untuk Bahrain, atau untuk Yaman, atau untuk Lebanon, atau untuk Gaza, kalian lantunkan untuk Palestina, untuk Suriah, setiap syair yang kalian lantunkan demi tujuan-tujuan umat Islam, di setiap bagian syair tersebut berguna dan dapat digunakan. Jika syair itu digulirkan pada arah-arah tersebut, maka
«انَّ مِنَ الشِّعرِ لَحِکمَه»
Juga akan berlaku untuk syair kalian, bahwa pasti syair memiliki hikmah.

Saya ingin menyampaikan—berulangkali saya menyampaikannya dalam pertemuan ini dan berbagai pertemuan lainnya—netralitas di hadapan perseteruan antara kebenaran dan kebatilan itu tidak ada artinya. Satu waktu ada perseteruan antara keragu-raguan, maka itu pembahasan yang berbeda, ketika ada kebenaran dan ada kebatilan, maka netralitas sudah tidak bermakna lagi; harus berpihak pada kebenaran, kebatilan harus dilawan; ada yang dapat melawannya secara militer, lainnya dengan cara politik, dapat dilawan dengan berbagai cara, orang lain dapat dilawan dengan bahasa, dengan penjelasan, dengan pemikiran, harus dilawan. Penyair tidak dapat  netral di medan pertempuran antara kebenaran dan kebatilan. Jika seandainya penyair, seniman, [bersikap] netral, maka dia telah menyia-nyiakan nikmat Allah Swt; jika seandainya memihak kebatilan, maka dia telah berkhianat, ini sudah bukan lagi kelalaian, masalahnya adalah kejahatan. Nah, bangsa kalian mengalami banyak ketertindasan selama bertahun-tahun, ketertindasan tersebut patut untuk dikemukakan, perlu untuk direfleksikan kepada dunia.

Pada tahun 1366 HS Sardasht dibombardir—pada hari-hari ini—bukan lelucon? Sebuah kota dibombardir kimia, ribuan orang di satu kota—anak-anak, orang dewasa, orang tua, pemuda, perempuan, laki-laki—mereka musnah dan dunia bungkam! Dunia yang terkadang dengan jatuhnya seekor kucing dalam lobang dapat dijadikan isu yang diliput di berbagai kantor berita, koran dan televisi, bahwa seekor kucing atau seekor rubah telah jatuh dalam lobang, lembaga ini, instansi ini, lembaga itu, berkonsentrasi untuk mengeluarkannya hidup-hidup, atau hewan laut yang terdampar di pantai dan sedang sekarat, sedemikian rupa mereka mengembalikannya ke laut, untuk hal-hal seperti ini, dunia menggulirkan sensasi, [namun] ketika pembantaian [dengan senjata] kimia di sebuah kota, dunia itu bungkam! Dunia yang saya katakan bukan bangsa-bangsa, bangsa-bangsa itu tidak memiliki fasilitas, tidak memiliki sarana, yang saya maksud adalah kekuatan-kekuatan yang menguasai mesin-mesin propaganda dunia, dalam bahasa Persianya berarti Amerika Serikat, Inggris, kekuatan Barat yang berkuasa dan kekuatan rezim Zionis. Mereka lah yang menguasai ruang propaganda dunia, tidak mengijinkan air beriak. Sekarang mereka sedang menghantam Yaman sedemikian rupa—siang dan malam—tidak terdengar apapun [dari mereka], kemarin Gaza mereka hantam, beberapa waktu sebelumnya Lebanon mereka hantam, tidak ada satu pun yang bersuara; sekarang anggap saja ada dua penyelundup yang dihukum pada saat yang sama, akan dieksekusi, maka akan tercipta keributan propaganda; seperti inilah dunia, apa yang harus dilakukan di hadapan dunia seperti ini? Apa yang harus dilakukan seorang manusia terhormat di hadapan satu kubu seperti ini, di hadapan keangkaraan seperti ini, dihadapan kebuasan seperti ini? Terlepas dari kecenderungan agama dan tugas-tugas keimanan; apa pendapat kehormatan manusia, nurani manusia, kemanusiaan manusia? Ini semua adalah beban-beban di pundak.  

Saya tentunya sangat puas dengan perkembangan syair di dalam negeri pada era pasca revolusi dan sesungguhnya sangat baik. Para pemuda yang sekarang melantunkan syair, memiliki perbedaan jelas dan nyata dengan para pemuda yang melantunkan syair 10 tahun lalu, memang benar-benar maju, syair sangat bagus, hanya saja kapasitas syair di negara kita lebih besar dari ini, jauh lebih besar dari ini. Kalian saksikan sekarang lihatlah anak pelajar putri ini—saya dengar Shahrestan-e Adab telah memulai aksitivitas pembelajaran, mengumpulkan murid-murid—para pelajar kita, para pemuda kita, para remaja kita, putri-putri kita, putra-putra kita, melantunkan syair dengan sangat indah, dengan konten-konten yang baik, dengan daya imajinasi yang tinggi, ini sangat baik; tentunya saya harus katakan bahwa tingkat umum syair kita sekarang belum sampai pada tingkat umum syair yang sesuai dengan Iran; yakni kita mencatat masa-masa—yang tidak jauh dari masa kita—di mana tingkat umum syairnya, yakni mengingat puncak-puncaknya, bahkan lebih tinggi dari tingkat kita sekarang. Kita memiliki tokoh-tokoh, para penyair, baik dalam qasidah (salah satu teknik syair) maupun dalam ghazal, di berbagai teknik, kita harus memperhatikan mereka sehingga tingkat sekarang ini meningkat; ini memerlukan kerja, ini menuntut upaya.

Dari sisi cakupan, kita sangat luas, kita harus berupaya untuk memajukan cakupan luas ini dan ini perlu upaya. Meski demikian, sektor budaya juga bertanggungjawab, berbagai instansi lainnya juga bertanggungjawab, intansi-instansi pemerintah dan lembaga-lembaga terkait dengan pemerintah dan sejenisnya juga—IRIB dan lain-lain—semuanya bertanggungjawab. Syair harus dimuliakan, syair adalah sebuah fenomena besar, sebuah fenomena penting. Saya melihat bahwa dalam pemerintah kita, di negara kita, pihak-pihak yang harus memahami realitas ini, sepertinya sebagian mereka—saya tidak ingin mengatakan semuanya—tidak memahami dalamnya urgensi syair, mereka sama sekali tidak mengapresiasi syair;
ما قَدَروا الشِّعرِ حَقَّ قَدرِه
Mereka tidak dapat memahami nilai syair. Syair memiliki pengaruh yang luar biasa, terkadang satu bait syair, mungkin sebuah ghazal atau sepenggal [bait] syair, memiliki pengaruh lebih besar bagi seorang yang ahli dan mengerti, dibanding dengan satu-dua jam pidato. Ini adalah sesuatu yang sangat penting; yakni istilahnya mutiara berharga, memiliki nilai seperti ini; ini harus dapat diapresiasi.

Selain itu, termasuk di antara tugas baik yang di negara kita alhamdulillah telah kita saksikan dalam pertemuan ini dan pengaruhnya juga telah disaksikan dan sebelumnya juga dirasakan dan saya sangat puas atas hal ini, adalah reaksi cepat yang ditunjukkan oleh para penyair muda kita dalam menyikapi berbagai peristiwa, ini sangat berarti. Ini sangat baik. Jangan sampai ada orang yang beranggapan ini sesuatu yang negatif; ini sangat positif. Kita di sepanjang sejarah dan di era kontemporer yang dekat dengan masa kita, ada kasus-kasus dari reaksi cepat ini yang menciptakan pengaruh terbaik. Ketika pesawat Israel itu dibajak oleh perempuan itu, almarhum Amiri Firuzkoohi [melantunkan syair] padahal Amiri Firuzkoohi, rekan-rekan yang mengenalnya mengetahui ini, bahwa dia bukan pemuda dan revolusioner atau semacamnya, akan tetapi berdasarkan gelora yang dimilikinya, ketika itu dia melantunkan syair indah dan luar biasa—tahun 1340-an HS—yang sesuai dengan kondisi, sesuai dengan masanya; terlantunkan bait ghazal yang saya tidak ingat bait-baitnya, ketika itu kita hafal bait-bait syairnya; saya mendengar langsung darinya. Alhasil, ini sangat bagus, bahwa berbagai peristiwa direaksi dengan cepat dan dijelaskan, ini sangat bagus.

Dan saya berharap insya Allah semakin hari syair revolusi mencapai derajat dan posisi semakin tinggi. Tentunya maksud saya dari syair revolusi bukan syair yang dilantunkan pada era revolusi meski anti-revolusi, ini bukan maksud dari syair revolusi. Sebagian pihak beranggapan bahwa syair perang adalah syair yang berbicara tentang perang meski anti-perang! Ini bukan syair perang, ini adalah syair anti-perang. Syair revolusi yaitu syair yang melayani tujuan-tujuan revolusi; ini [yang disebut] syair revolusi, bukan syair pada era revolusi; maksud saya bukan itu. Maksud saya dari syair revolusi adalah syair yang melayani tujuan-tujuan revolusi. Demi keadilan, demi kemanusiaan, demi agama, demi persatuan, demi kehormatan nasional, demi kemajuan pesat negara, demi pembangunan manusia dalam maknanya yang sejati di negara; ini yang disebut dengan syair revolusi yang [berarti] demi tujuan-tujuan revolusi.

Saya berharap semoga Allah menyukseskan kalian semua, menjaga kalian semua, dan insya Allah para pemuda kalian bergerak di  jalan lurus ini dalam tahun-tahun mendatang, dan negara, masa depan dan generasi-generasi mendatang memanfaatkannya.